KRISTEN TIDAK SESUAI DENGAN WATAK BARAT
Akan tetapi kita melihat ada sebab lain di luar kurangnya pengetahuan itu saja yang telah mendorong pihak Barat menjadi fanatik dan sampai membangkitkan peperangan yang begitu fatal, sebentar- sebentar dilancarkan terhadap Islam dan kaum Muslimin.
Juga tidak terlintas dalam pikiran kita tentang apa yang biasa kita rasakan adanya hubungan politik yang buruk dan ingin menguasai bangsa lain untuk dieksploitir.
Menurut hemat kita itu adalah akibat
bukan sebab dan adanya fanatisma yang sudah begitu merasuk sampai ke soal ilmu dan penyelidikan penyelidikan ilmiah.
Sebabnya ialah, menurut hemat kita, oleh karena ajaran Kristen yang mengajak orang menjauhkan kehidupan duniawi, sifat maaf dan pengampunan serta pengertian
pengertian hidup rohani yang luhur, tidak sesuai dengan perangai Barat, yang sejak ribuan tahun dalam lingkungan agama polytheisma, dan letak geografis nya menghendaki perjuangan sengit melawan iklim dingin,
melawan kesulitan dan keadaan yang serba sukar. Apabila peristiwa-
peristiwa sejarah mengharus kan juga Barat menganut agama Kristen ini, maka tidak bisa lain ia harus juga dilibatkan ke dalam kancah perjuangan itu dan memaksa agama itu meninggalkan sifatnya yang lemah-
lembut dan indah, meninggalkan keseimbangan rohani yang seharusnya menjadi mata rantai kesatuan yang telah disempurnakan oleh Islam: yakni kesatuan yang membuat harmonis antara rohani dan jasmani, antara perasaan dan akal, emosi dan rasio, secara individu dan universal bersama-
sama berada dalam hukum alam, yakni keduanya sejalan dalam ruang dan waktu yang tak terbatas.
Menurut hemat kita, inilah sumber yang menyebabkan fanatisma Barat yang memusuhi Islam, suatu sikap yang menyebabkan kaum Kristen Abisinia menjadi jijik melihatnya tatkala kaum Muslimin mencari perlindungan pada masa mula-mula Nabi mengajak orang kepada agama Allah.
Inilah, menurut pendapat saya, sebab timbulnya ekses dan cara yang berlebih-
lebihan di kalangan orang-orang Barat, baik dalam beragama maupun dalam atheisma, fanatisma yang berlebih lebihan serta perjuangan yang tidak mengenal belas kasihan dan tidak mengenal ampun.
Apabila dari mereka sejarah sudah mengenal adanya orang-orang suci, yang dalam hidup mereka mengikuti jejak Isa Al-Masih dan pengikut-
pengikutnya, juga sejarah sudah mengenal kehidupan bangsa- bangsa di Barat yang selalu hidup dalam pertentangan, dalam perjuangan, peperangan-
peperangan yang dahsyat, atas nama politik atau atas nama agama, dan dikenalnya pula, bahwa paus-paus atau pembesar- pembesar gereja dan mereka yang memegang kekuasaan temporal, selalu dalam persaingan mau saling mengalahkan.
Suatu saat golongan ini yang menang, nantinya yang lain lagi yang menang.
Oleh karena kemenangan terakhir dalam abad kesembilan belas itu berada di tangan kekuasaan temporal, maka kekuasaan ini berusaha hendak membasmi kehidupan rohani atas nama ilmu pengetahuan.
Ia mengira, bahwa dalam kehidupan umat manusia ilmu itu akan dapat menggantikan iman seperti dalam kehidupan rohani.
Sesudah melalui perjuangan yang cukup lama, sekarang mereka mengetahui bahwa pendapat demikian itu salah sekali, dan bahwa apa yang mereka tuju itu dalam kenyataannya tak mungkin dapat dilaksanakan.
Sekarang di Barat terdengar jeritan disana-sini mengajak mereka kembali mencari pegangan rohani yang sudah hilang.
Mereka mencari pegangan itu di dalam maupun di luar teosofi.
Sekiranya ajaran Kristen itu memang sesuai dengan naluri perjuangan yang telah dibawa oleh hukum alam sebagai sebagian cara hidup Barat, sesudah ternyata konsepsi materialisma mereka tidak berhasil memberikan konsumsi rohani, tentu akan kita lihat mereka kembali mencari pegangan agama Kristen yang begitu indah, agama Isa anak Mariam -
kalaupun Tuhan belum akan membimbing mereka kepada Islam dan tidak perlu mereka pergi berpindah ke India atau ke tempat lain, mencari pegangan hidup rohani, yang oleh manusia sangat dirasakan perlunya seperti kebutuhan bernapas; sebab ini merupakan sebagian kodratnya, bahkan merupakan sebagian dari jiwa raganya.